Untuk-mu saudara kami

Panggilan menyeru ditengah kondisi yang berbeda. Saat dahulu, segala raga siap terjun di medan aksi, namun skrg Qadarullah kesiapan itu blm sirna kembali. Tak apa, mungkin cara lain bisa di persembahkan untuk pejuang palestina. Jika raga blm bisa digerakan, cukup hati yang tak pernah sirna utk terus mendoakan.


 Jadi teringat, beberapa tahun lalu, ttg cinta kepada tanah para nabi. Cinta yang membuat optimis ini terbangun ditengah semangat yang hampir terputus. 

Ya, tepat pada saat seruan untuk para muslim/ah bersatu di monas. Persiapan yang memang blm terlalu matang utk melakukan jualan es gaza, dengan modal hanya optimis bahwa Allah yang memudahkan. Namun, optimis seakan semakin dikikis ketika sampai di stasiun tujuan yang dimana para rombongan dr monas mulai memenuhi stasiun tersebut, yap arus balik terjadi disaat kami baru sampai. Perut lapar mendukung terkikisnya semangat kami utk tetap berjualan. Sejenak kami memutuskan untk beristirahat sambil memikirkan langkah seperti apa yang harus dilakukan. Pulang? ya mungkin saja.. tapi secepat itu memutuskan keputusan hanya demi memenuhi ego kelelahan semata. Menerobos arus balik, berharap kami tak sendirian. Lagi-lagi, semakin menerjang semakin hati kami ingin mengikuti arus aslinya. 

Berdiri lama di ujung lampu merah, sambil melihat beberapa pedangang yang menunggu setiap rezekinya datang. Tak lama, terbesit sebuah usulan "kenapa tak jualan disini, tapi dengan bayar seikhlasnnya" 

Yap, usulan tersebut di eksekusi. Mulai dari meminjam tmpt di samping tukang minuman, membeli kardus-kardus untuk keperluan mencari sunduq, dan membuat tulisan2 utk menarik pembeli. 

Deg-deg-kan.. yap sudah pasti, merasa tak pernah sebelumnya melakukan hal ini. Meski pernah, ketika satu tahun yg lalu, tapi tak separah ini yang datang ketika arus balik tiba. Alhamdulillah ala kulli hal~ Allah tak pernah memberikan suatu badai kecuali Allah pasti memampukan kita utk melewatinya.


Meski kucuran keringat mulai terasa saat matahari mulai memberikan banyak sinarnya ketika itu. Suara teriakan "Beli Seikhlasnya, berinfak untuk palestina" tak luput sirna meski kerongkongan sudah sangat terasa kering. Hingga, mulai beberapa rombongan yang tertarik membeli es gaza, mulai dr yang membayar 2 k utk 2 porsi, 5 k utk 1 porsi, hingga ada yang berinfak tnp membeli. MasyaAllah:" Kuasa Allah yang menggerakan para rombongan arus balik tersebut, sampai2 es habis dan masih ada saja yang bertanya "masih ada mba es nya?" 

Di sudut lain, para pejuang sunduq pun datang dg membawa kardus yang berisi infaq utk palestina. Alhamdulillah Allah Maha Baik. Senyum bahagia pun tersirat di wajah kami, seakan ingin berkata kepada para saudara kami di palestina 

"Untuk saudaraku, perjuangan kami blm seberapanya dibandingkan diri mu, namun kami akan terus berusaha dan berupaya utk ttp berada di barisan memperjuangkan mu. Saudara ku di palestina, biarlah stasiun ini menjadi saksi, cinta kami yang begitu mendalam kepada dirimu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

rangkuman sistem saraf

budaya ikan lele

Korean