Awal Februari yang Penuh Senyuman

Tidak biasanya, semua terjadi. Kalau bahasa yg lebih tepatnya "Qadarullah" sudah digariskan menjadi awal bulan yg berbeda. Tak pernah menanti atau dinanti, tapi sudah terjadi. 

Perlahan, mulai dari kepala yang tiba-tiba kena serangan. 24 jam terlewati, tiba ada yang baru. Datang sudah, semua terasa. Rasa mengeluh selalu menjadi paling utama dalam setiap rasa, tapi berharap bukan dia pemenangnya. 

Memang katanya, hidup bukan soal saat makan gulali yang enak-enak saja. Tapi, harus tau setelah makannya, kebanyakan? siap-siap suara "uhuk-uhuk" beradu disatu ruangan. Ya, terlalu berlebihan mencintai sesuatu itu "Ga Baik" apalagi terlalu nyaman. 

Maka, jangan heran kalau ada akibat yang terjadi supaya bisa "REM" kalau terlalu cepat lajunya.  Jadi, ini terjadi untuk tak terlalu terbuai dengan segala hal yang disukai menurut kacamata manusia, supaya kita bisa melihat kebaikan dari kacamata manusia bahwa Allah tetap menyukai kita meski "pahit" 

Senyum, udah banyakin kalimat penggunggah jiwa "Allhamudlillah ala kulli hal". Cukup banyak ucap itu, hati terasa lebih sejuk kayak dapat kiriman angin sepoy-sepoy seabrek

- dari aku yang menunggu matahari bersinar 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

rangkuman sistem saraf

budaya ikan lele

Korean